stagflasi
published 22/09/2022 - 4 Min Read

Ancaman di Depan Mata, Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Stagflasi ?

Apa itu Stagflasi ?

Stagflasi adalah suatu gabungan kata dari kata stagnan dan inflasi. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh Iain Macleod, seorang politisi Inggris, pada tahun 1965. Istilah stagflasi digunakan untuk menggambarkan situasi ekonomi di mana ada sedikit atau tidak ada pertumbuhan ekonomi, lonjakan harga dan meningkatnya tingkat pengangguran.

Stagflasi adalah situasi yang tidak biasa di suatu negara karena kenaikan harga biasanya menunjukkan permintaan yang meningkat, dan ketika permintaan melonjak, tingkat pengangguran biasanya menurun. 

Tetapi penyebab stagflasi tersebut masih belum ada penjelasan yang pasti. Para ekonom mengusulkan ada dua faktor penting yang menyebabkan stagflasi. Pertama, supply shock atau suatu kondisi tidak terduga yang tiba-tiba mengubah pasokan suatu produk atau komoditas. 

Keadaan ini seperti melonjaknya harga minyak, yang cenderung menaikkan harga dan sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi karena produksi menjadi lebih mahal.

Kedua, kesalahan langkah ekonomi oleh pemerintah dengan secara bersamaan membuat kebijakan yang sangat mempengaruhi industri sementara meningkatkan jumlah uang beredar terlalu cepat.

Sejarah Stagflasi

Stagflasi terjadi pertama kali di negara maju seperti Amerika Serikat dan negara lainnya pada tahun 1970-an. Di Amerika Serikat, stagflasi disebabkan oleh beberapa faktor termasuk embargo minyak yang diberlakukan beberapa negara timur tengah menyusul dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dalam perang Yom Kippur. 

Selain itu, dikutip dari investopedia, stagflasi disebabkan oleh meningkatnya defisit anggaran pemerintah federal Amerika Serikat yang disebabkan oleh perang Vietnam dan runtuhnya Sistem Bretton Woods yang mematok mata uang negara-negara maju ke dolar AS, yang pada gilirannya didukung oleh pasar global. 

Akibatnya, harga melonjak dan inflasi mencapai puncaknya pada 13,5 persen pada tahun 1980. Selain itu, ekonomi mengalami resesi dari tahun 1969 hingga 1970 serta dari tahun 1973 hingga 1975. 

Jika tidak dalam keadaan resesi, PDB Amerika Serikat tumbuh sebesar 5 persen pada tahun 1972 hingga 1973, dan di atas 5 persen pada tahun 1976-1978. Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menyebabkan ketidakpuasan yang meluas. Pada bulan November 1979, hanya 19 persen orang Amerika yang merasa puas dengan apa yang terjadi.

Ancaman Stagflasi di Indonesia

Dikutip dari Republika.co.id, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengingatkan akan adanya ancaman dan risiko stagflasi terhadap ekonomi Indonesia. Menurutnya, ada faktor-faktor eksternal dan internal yang menyebabkannya risiko stagflasi. 

Stagflasi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi sedang melandai, turun bahkan sampai menembus angka negatif atau minus. Masih dikutip dari Republika.co.id, pada kuartal II-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,44%. Pada triwulan I-2022 ekonomi tumbuh 5,01 persen, tahun ke tahun.

Pada 2022 ini ekonomi Indonesia masih diperkirakan tumbuh di level 5 persen meski IMF sempat merevisi namun tetap di angka 5 persen. Artinya, secara pertumbuhan, ekonomi Indonesia masih bisa bernapas lega. Jauh dari stagflasi, apalagi resesi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi Indonesia Juli 2022 sebesar 0,64 persen (bulan ke bulan). Angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,61 persen.

Secara tahunan, inflasi Juli 2022 tercatat 4,94 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya 4,35%. Inflasi Juli 2022 sebesar 4,94 persen ini memang jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan pada 2021 sebesar 1,87 persen. Pada 2021, inflasi tercatat 1,68 persen atau inflasi terendah dalam sejarah Indonesia.

Kemudian, tingkat pengangguran, per Februari 2022 berdasarkan data BPS tercatat 5,83 persen dari total jumlah penduduk usia kerja. Angka ini turun 0,43 persen poin dibandingkan dengan Februari 2021.

Faktor lainnya adalah lonjakan harga komoditas memberikan windfall profit buat Indonesia. Dana rejeki nomplok harga komoditas itu bisa digunakan untuk ketahanan dalam negeri, terutama subsidi untuk menjaga daya beli masyarakat.

Mempersiapkan Diri dalam Menghadapi Krisis

Di artikel sebelumnya kita pernah membahas mengenai resesi. Untuk lebih lengkapnya kamu bisa membaca artikel yang berjudul Jika Resesi Ekonomi Terjadi, Ini yang Harus Kamu Lakukan. Sebenarnya, di dalam Al Qur’an sudah pernah diterangkan bagaimana cara menghadapi krisis, resesi, stagflasi, inflasi atau hal yang sejenisnya. 

Jauh sebelum krisis ekonomi global melanda di era modern seperti saat ini, Allah SWT telah mengajarkan kita semua untuk mengantisipasi resesi atau krisis ekonomi. Melalui kisah Nabi Yusuf alaihissalam, Allah telah memberikan pengajaran kepada kita sebagai hamba-Nya untuk bersiap ketika resesi datang. 

Allah SWT mengisahkannya dalam Q.S. Yusuf ayat 43-53. Seorang raja di Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh yang kurus-kurus. Sang raja menceritakan mimpinya ini kepada para pemuka pemerintahannya dan cendekiawan yang dikenal mengetahui tafsir tentang mimpi dan sihir. Mereka diharapkan mampu memberi pencerahan atas mimpi yang dialami sang raja.

Nabi Yusuf a.s. yang punya ilmu takwil mimpi saat itu menafsirkan mimpinya bahwa supaya pemerintah mengambil kebijakan menabung atau menyimpan cadangan makanan. Sebab, krisis itu diperkirakan terjadi selama tujuh tahun, sehingga selama tujuh tahun sebelum krisis dianjurkan untuk menyiapkan ketahanan pangan secara maksimal.

Krisis, resesi, inflasi bahkan stagflasi ekonomi pada zaman Nabi Yusuf AS sebenarnya memiliki kesamaan dengan situasi ekonomi di dunia modern.  Untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, maka langkah pertama yang perlu diambil adalah mengatasi sumber permasalahan. Investasi jangka panjang, menabung dan penghematan konsumsi merupakan strategi yang diambil pada masa krisis atau resesi ekonomi, seperti yang terjadi di masa Nabi Yusuf AS. 

Jika kamu ingin berinvestasi, secara historis, emas telah terbukti menjadi aset yang berkinerja cukup baik selama periode stagflasi. Ini cenderung menghargai nilainya selama masa ketidakpastian dan volatilitas ekonomi yang tinggi sebagai akibat dari stagnasi.

Namun, di luar keuntungan dan kerugian, kita juga dapat membuat dampak positif dengan berinvestasi pada sesuatu yang membantu mempertahankan usaha kecil dan menengah selama ketidakpastian ekonomi. ALAMI P2P funding syariah menawarkan kesempatan untuk membiayai UMKM Indonesia. 

Dapatkan ujrah atau imbal hasil dari pendanaanmu untuk UMKM di Indonesia setara dengan 14-16% pa. Untuk memulai pendanaanya unduh aplikasi ALAMI P2P Funding Syariah di 

P2P

Bayu Suryo Wiranto

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments