TKB Total adalah nilai keberhasilan penyelesaian kewajiban pembiayaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari sejak jatuh tempo dibandingkan dengan total nilai penyaluran pembiayaan yang berhasil disalurkan.
TKB90
TKB90 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo.
TKB60
TKB60 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB30
TKB30 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
TKB0
TKB0 adalah ukuran tingkat keberhasilan Penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban Pendanaan dalam jangka waktu sampai dengan 0 (nol) hari kalender terhitung sejak jatuh tempo
Bicara Kesehatan Jiwa bersama dr. Gina Anindyajati
26/05/2020 - 3 Min Read
Bicara Kesehatan Jiwa bersama dr. Gina Anindyajati
Selama bulan Ramadan 2020, ALAMI mengadakan sesi diskusi online #RamadanTetapTangguh yang dibawakan oleh Dima Djani, CEO ALAMI. Sesi diskusi online #RamadanTetapTangguh ini bertujuan memberikan berbagai wawasan yang diperlukan dalam menghadapi realita baru yang hadir di tengah pandemi COVID-19. Dalam episode keenam #RamadanTetapTangguh, ALAMI mengundang dr. Gina Anindyajati dari Dept. Psikiatri FKUI-RSCM untuk membahas tentang kesehatan jiwa dan cara-cara mengatasi stress. dr. Gina Anindyajati menyelesaikan studi Kedokteran Umum di Universitas Gadjah Mada, kemudian mengambil studi spesialis Kesehatan Jiwa di Universitas Indonesia. Saat ini, dr. Gina berpraktik sebagai psikiater untuk institusi kesehatan pemerintah dan swasta.
Sama dengan kesehatan fisik, kita bisa melihat keadaan kesehatan jiwa dalam sebuah spektrum. Ada saatnya kita sangat bugar dan mampu menghadapi tantangan yang berat. Ada saatnya kita lelah atau butuh istirahat, kurang enak badan tapi tidak sampai sakit. Ada saatnya kita begitu sakit sehingga membutuhkan perawatan intensif hingga harus masuk rumah sakit, dirawat dan diopname. Bagaimana kita bisa mendeteksi keadaan kesehatan jiwa kita sedang berada di spektrum bagian mana?
Ketika kesehatan jiwa kita dalam keadaan baik dan bugar, kita bisa menyelesaikan masalah, produktif, dan bisa berkontribusi dengan baik kepada sekeliling kita.
Ketika jiwa kita mulai memasuki tahap bermasalah, kita mungkin tidak fullyOK, tapi tidak sampai tahap sakit. Kita masih bisa berfungsi, tapi membutuhkan curhat, mendapatkan support, dan sebagainya. Tanda ketika kita berada di tahap ini adalah misalnya, kita sulit mengatasi masalah, merasa tertekan, stress, atau burntout, sulit mengambil keputusan, gampang bingung, dan butuh bantuan-bantuan dari sekitar kita untuk menjalani keseharian kita.
Ketika kita mulai mendapatkan gangguan, tandanya kita mulai tidak bisa berfungsi dengan baik sehari-hari. Kita tidak bisa produktif, tidak bisa melakukan pekerjaan, tidak bisa berkontribusi, dan tidak bisa menyelesaikan masalah kita sendiri. Kita bahkan tidak bisa mengurusi diri kita sendiri.
Efek Pandemi COVID-19 Terhadap Kesehatan Jiwa
Di awal-awal kita menghadapi efek pandemi COVID-19, mungkin banyak yang merasa bahagia dengan mendapatkan kesempatan bekerja dari rumah. Namun, memasuki minggu ke-3 dan selanjutnya, kita mulai merasakan berbagai kehilangan, misalnya harus melepaskan rutinitas yang sudah terbentuk sejak lama, kita mulai merasa kehilangan kesempatan untuk melepaskan agresivitas atau emosi kita, semakin berkurangnya kesempatan metime yang dimiliki, dan hilangnya kontak sosial yang bisa kita dapatkan dari kesempatan bertemu orang lain, dan manfaat yang bisa kita dapatkan dari hal tersebut. Hal-hal tersebutlah yang membuat banyak orang kemudian merasakan stress atau tekanan terhadap jiwanya. Walaupun begitu, manusia mampu untuk beradaptasi sesuai dengan keadaannya dan dr. Gina percaya bahwa kita akan selalu bisa mengekspresikan kreativitas sebagai manusia dalam menemukan solusi.
Menjaga Kesehatan Jiwa dengan Pasangan
Ketika kita harus berada di rumah dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus bersama pasangan kita, terkadang hal tersebut memacu konflik untuk terjadi. Konflik ini berpotensi untuk menimbulkan masalah yang lebih besar, atau tekanan terhadap kesehatan jiwa kita, jika kita tidak mampu untuk mengatasinya dengan baik.
Salah satu cara yang dianjurkan oleh dr. Gina ketika kita sedang dalam konflik bersama pasangan, adalah dengan memeriksa reaksi yang kita keluarkan atau emosi yang kita miliki. Apakah reaksi tersebut karena hal yang sedang terjadi atau konflik yang dihadapi sekarang? Atau sebenarnya reaksi dan emosi tersebut adalah pelampiasan dari hal yang lain, yang berbeda?
Kita harus mengenali apakah kita sedang kesal dengan pasangan, ataukah kita sedang kesal dengan hal yang lain, namun kita lemparkan ke pasangan kita? Karena itu, kita harus bisa mengenali apa yang sebenarnya kita pikirkan ketika kita mengeluarkan reaksi tersebut.
Cara lainnya, kita bisa memeriksa kembali apakah reaksi kita dalam konflik tersebut cukup efektif untuk tujuan yang kita inginkan. Jika memang belum efektif, kita sebaiknya mulai memikirkan cara lain yang lebih pas.
Kita juga bisa memutuskan untuk “takeabreak”, misalnya dengan pause sejenak, wudhu, mengubah posisi kita (misalnya dengan duduk jika kita sedang berdiri, atau berbaring jika kita sedang dalam keadaan duduk), dan berhenti sejenak untuk memikirkan bagaimana cara yang baik dan efektif dalam berkomunikasi.
Komunikasikan Kesehatan Jiwa ke Psikolog/Psikiater
Kita disarankan untuk mulai memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater ketika kita sudah mencapai tahap gangguan kesehatan, misalnya tertekan, mulai kurang mampu berfungsi sehari-hari, mulai banyak yang terbengkalai dalam hidup kita, tidak bisa menyelesaikan masalah, dan sebagainya.
Namun, sama seperti kesehatan fisik, kesehatan jiwa pun memiliki tanda-tanda keadaan “gawat darurat.” Jika kita sudah mulai melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain, misalnya dengan berhenti makan untuk berhari-hari, self–harm, percobaan bunuh diri, dan sebagainya, maka hal tersebut sudah membutuhkan intervensi psikiater secepatnya. Jika masalahnya lebih ringan dan tidak membahayakan secara langsung, misalnya sedih berlarut-larut, sulit tidur, lemas, berkurang selera makan, dan sebagainya, kita bisa mulai dengan berkonsultasi ke psikolog.
Semoga kita semua dimudahkan untuk menjaga kesehatan jiwa kita dengan baik selama masa yang sulit di tengah pandemi COVID-19 ini dan juga selanjutnya.
Berdasarkan terbitnya kebijakan pajak pada PMK 136/2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/2022 Tentang Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak Badan, dan Wajib...
Yay, kini ALAMI Android Mobile App sudah punya beberapa fitur terbaru! Fitur terbaru ini nantinya bisa memudahkan kamu dalam melakukan proses chip in, hingga mengetahui portofolio apa saja yang sudah...
Situs keuangan boleh mendefinisikan kemerdekaan finansial dari kacamata mereka, tapi apa arti kemerdekaan finansial seorang Muslim? Arti kemerdekaan finansial seorang Muslim yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa melaksanakan semua kewajiban...
“Kebanyakan pasangan sebenarnya tidak butuh konselor pernikahan, tapi butuh penasihat keuangan,” begitu keyakinan dari David Bach, penulis lebih dari 10 buku keuangan (beberapa termasuk dalam New York Times Bestseller List)...
Bagaimana sikap istri ketika bisnis suami mengalami penurunan dan tabungan keluarga harus terkuras habis? Apa sebenarnya peranan seorang istri dalam mengatur keuangan keluarga? Prinsip apa saja yang membuat seorang istri...
Bagi pengguna layanan fintech, kenyamanan yang didapatkan saat melakukan transaksi investasi online sangat penting. Aspek user experience sangat perlu diperhatikan. Bagaimana ALAMI memberikan kenyamanan transaksi investasi syariah online untuk penggunanya?...