05/06/2020 -
3 Min Read
UMKM dan Keuangan Syariah
Pada 30 Mei kemarin ALAMI mendapatkan kesempatan untuk ngobrol lewat sesi Live IG bareng @Keyvan.id. Dima Djani sebagai CEO ALAMI berbincang bersama Muhammad Akramullah sebagai founder dari Keyvan tentang hubungan antara bisnis UMKM dan keuangan syariah.
UMKM di Era Sekarang
Disampaikan oleh Akram, saat ini banyak orang beranggapan UMKM itu kalah keren dan modern. Padahal UMKM menyerap 90% lapangan kerja dan menyumbang sekitar 50% total GDP Indonesia berdasarkan data BI.
Sebenarnya, anggapan itu muncul ketika UMKM tidak mampu berinovasi. Karena di era saat ini, dengan kecanggihan teknologinya membuat UMKM semakin mudah untuk terus berkembang. Teknologi yang ada menjadikan biaya semakin rendah dan kolaborasi menjadi terbuka luas, sehingga Products & Services yang diberikan juga menjadi lebih baik.
Seperti misalnya, bisnis Wardah yang tetap sukses meskipun sudah berjalan bertahun-tahun sampai ke second generation, karena strategi marketingnya yang inovatif dan menyesuaikan diri dengan era yang ada saat ini. Dima menyarankan untuk UMKM harus banyak belajar model bisnis yang ada di dunia, untuk kemudian disesuaikan dengan model bisnis masing-masing. Kuncinya UMKM bisa berkembang dan terus bertahan ada di inovasi dan kemampuan untuk revolutionizing bisnis.
Pembiayaan ke UMKM
Fintech hadir untuk melayani customer segment yang tidak tersentuh oleh bank (“unbankable”). Karena segmen ini sebenarnya banyak yang sehat dan bertumbuh, hanya saja mereka tidak mempunyai fixed asset dan collateral sebagaimana yang disyaratkan bank. Disitulah fintech masuk untuk menjangkau segmen-segmen yang belum terlayani.
UMKM juga akan merasa terbantu untuk terus meningkatkan proses bisnisnya dengan adanya layanan dari fintech. Dari sisi pembukuan, lebih dirapikan lagi supaya bisa mencapai transparansi dan juga dilengkapi dengan perencanaan bisnis yang lebih matang. Sehingga, pendana yang memutuskan untuk membiayai UMKM juga merasa aman.
Cara ALAMI menilai UKM yang layak mendapatkan pembiayaan Invoice Financing yang ada di platform ALAMI terdiri dari beberapa tahap. Pertama, kita akan mengecek ke partner yang sudah terintegrasi dengan kita yaitu credit bureau Pefindo. Jadi akan dicek historis pembiayaan apa saja yang pernah dan sedang diajukan. Kemudian, selanjutnya mengecek laporan keuangan, jenis industri, kualitas payor, dan rekening koran bank untuk memeriksa alur mutasi per bulan. Kemudian mengecek ke lokasi juga dilakukan secara langsung. Hal ini untuk memberikan keyakinan bagi pemberi dana.
UMKM dalam Menghadapi Pandemi
Berbeda halnya dengan krisis yang terjadi tahun 1998 dan 2008 yang disebabkan aktivitas perekonomian, kali ini krisis yang menimpa dunia dan Indonesia dikarenakan pandemi global. UMKM pun tidak bisa terhindar dari masalah ini. Bank plat merah pun banyak yang terpaksa melakukan restrukturisasi. Lalu pertanyaannya bagaimana mereka bisa survive?
Dima menyampaikan kita perlu keluar dari stigma orang lain mengenai bisnis yang kita jalani. We are doing business sesuai dengan kapabilitas kita. Bagaimanapun caranya, kita harus mampu berpikir outside the box sesuai dengan kelangsungan bisnis.
Misal, yang tadinya kita produksi pakaian tapi toko harus tutup, kita pun harus bisa shifting ke pembuatan peralatan kesehatan. Bisnis UMKM harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan permintaan dari pasar.
Sisi syariah Fintech untuk pembiayaan UMKM
Fintech syariah mengacu pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI no. 117. Didalamnya sudah diatur akad yang bisa digunakan. Di ALAMI akad yang digunain adalah wakalah bil ujrah, sebagaimana yang biasa dipakai bank syariah untuk produk invoice financing. Untuk mengetahui lebih jelas tentang akad syariah yang diterapkan di produk Invoice Financing ALAMI, silakan cek lebih lanjut di artikel ini.
Disamping merujuk pada akad DSN, syariah lebih memberatkan kepada nilai-nilai positif yang disematkan dalam aktivitas perekonomian. Responsible financing & impact adalah bagian dari nilai-nilai keuangan syariah.
Prinsip seperti ini yang digaungkan oleh negara Barat. Misalnya, di Perancis, pekerjaan yang tidak ramah lingkungan akan diberhentikan. Dulu, credit is king. Sekarang, compliance is king. Sebenarnya ini adalah bagian dari prinsip syariah.
Bisnis UKM mungkin berusaha untuk meminimalisir biaya untuk profit yang besar (cutting cost). Kalo diliat dari kacamata makro, itu bukan cutting cost tapi shifting cost. Sekarang, pertanyaannya, siapa yang ambil cost, tersebut apakah pemerintah atau masyarakat setempat?
Pemerintah harus datang dengan regulasi. Biaya pengelolaan lingkungan harus dimitigasi. Akan ada di ujung biayanya dan lebih permanen, seperti bencana dan kerusakan lingkungan.
ALAMI hadir dengan komitmen untuk mengimplementasikan nilai-nilai keuangan syariah, dengan semangat untuk meremajakan keuangan syariah. Yuk, bersama ALAMI kita manfaatkan akses keuangan syariah yang ada dengan sebaik-baiknya!
[…] satu cara ikut membantu para pelaku usaha mikro kecil dan menengah adalah ikut mendanai kegiatan usaha mereka. Kini ada cara yang sangat mudah […]