Cerita Hijrah Finansial dari Doktor Keuangan Syariah
published 15/07/2020 - 4 Min Read

Cerita #HijrahFinansial dari Doktor Keuangan Syariah: “Saya Nggak Pernah Pakai Kartu Kredit”

Serial Hijrah Finansial akan menceritakan berbagai kisah mereka yang telah berhasil menjalankan sunnah Rasulullah SAW dan prinsip-prinsip syariah dalam hal keuangan dan ekonomi. Yuk, simak cerita #HijrahFinansial dari Lukman Hanif Arbi, seorang dosen Ekonomi dari Institut Teknologi Bandung yang baru saja menginjak usia 31 tahun di tahun 2020 ini. Walaupun masih muda, Lukman sudah meraih gelar doktor (Ph.D) dari LaTrobe University, Melbourne, Australia dengan tesisnya tentang aplikasi Contracts Theory untuk kontrak sekuritas dalam keuangan syariah. Nah, penasaran dong, bagaimana Lukman menjalani ilmu ini dalam kehidupan sehari-harinya?

Hai Lukman, boleh diceritain dong bagaimana awalnya kamu bisa tertarik banget dengan keuangan syariah?

LHA (Lukman Hanif Arbi): Sebelum memulai program Undergraduate, saya sudah merasa bahwa keuangan syariah adalah topik yang penting untuk dipahami, tapi saya belum terlalu mengerti dan mempelajari tentang hal tersebut. Kemudian, ketika saya mengambil S1 Ekonomi, dan kemudian program Master double degree dalam Analisis Keuangan dan Perbankan dan Keuangan Syariah, saya mulai memahami bahwa keuangan syariah adalah hal yang sangat make sense, materialnya sendiri sangat mudah dipelajari dan tidak sulit untuk dipahami.  Basically, Islamic Finance isn’t all that different to what an economic savvy person would do.

Menurut saya, keuangan syariah adalah sebuah kerangka berpikir dan gaya hidup.

Misalnya saja, di Islam diajarkan bahwa sedekah seorang pedagang adalah untuk menurunkan harga mereka, dan sedekah seorang pembeli adalah dengan bersedia membayar sedikit lebih banyak dari yang mereka tawar. Nah, ini kan sesungguhnya basic business sense.

Setelah belajar sampai S3 tentang Keuangan Syariah, bagaimana kamu menerapkan ilmu tersebut untuk kehidupan kamu terutama dalam mengatur keuangan?

LHA: Program PhD memberikan saya kesempatan untuk belajar melakukan riset, melebarkan jaringan saya, dan tentunya berkontribusi untuk masyarakat dan memberikan dampak positif. Selain itu, dengan memiliki pemahaman tentang keuangan syariah, saya juga bisa lebih selektif ketika ditawari berbagai produk. Saya tahu, sebelum saya mulai berpikir lebih jauh lagi dan memeriksa lebih dalam, bahwa ada beberapa hal yang harus saya periksa terlebih dahulu. I know I have to read the fine lines first.

Bagaimana dengan pola spending kamu, apakah kamu merasa jadi lebih sanggup untuk menahan diri dari sikap konsumtif yang sering dilakukan oleh generasi kita saat ini?

LHA: Saya selalu mempertanyakan hal-hal yang saya beli. Sepertinya memang normal banget di zaman cash back, generasi kita seperti terlatih dan terbiasa untuk berperilaku seperti ini. Kita mempunyai kebiasaan untuk membeli banyak hal walaupun mungkin kita tidak memerlukannya.

Dalam mengatur keuangan, Surat Al-Baqarah adalah surat yang sangat istimewa untuk saya. Di 8 halaman terakhir, surat ini menjelaskan bagaimana kita bisa mengelola keuangan kita. Misalnya saja, nafkahkanlah rezeki yang telah diberikan kepadamu. Jangan terlalu pelit, tapi juga jangan terlalu berlebihan sehingga kita membuang-buang harta secara percuma.

Selain itu, dalam kitab Riyadhus Salihin karya Imam Nawawi, juga ada bab khusus tentang bagaimana menafkahkan harta kepada keluarga. Jadi, kalau kita lihat lagi literaturnya, tujuan utama mengeluarkan uang adalah sebagai bentuk ibadah.

Kalau mengingat lagi figur sejarah dalam Islam, banyak orang-orang besar yang sangat mampu untuk menghasilkan uang, dan memberdayakan keuangan tersebut untuk berkontribusi kepada pekerjaan umum dan sosial. Karena, mereka sangat yakin bahwa hasil investasi yang sesungguhnya adalah bagaimana ridha dan senangnya Allah kepada mereka.

Hal tersebut memang sangat idealis, tapi yang terpenting disini adalah mengingat konsep mubazir dan kebalikannya, memastikan bahwa uang kita memang mempunyai manfaat yang nyata. Termasuk disini, membuat keputusan bisnis yang bagus. Jika kita membuat keputusan bisnis yang salah atau negatif, tentunya kita tidak bisa berkontribusi untuk masyarakat luas.

Menurut kamu, bagaimana dengan sistem penggunaan kartu kredit yang juga banyak dilakukan oleh generasi kita?

LHA: Dari dulu, saya memang nggak pernah menggunakan kartu kredit. Sebenarnya ini karena ketika saya membuka rekening tabungan, sistem keuangan sendiri telah mengaplikasikan teknologi keamanan yang sama dengan kartu kredit kepada kartu debit. Jadi, tidak ada masalah lagi untuk saya melakukan transaksi pembelian online dengan kartu debit.

Selain itu, saya juga tidak suka mempunyai hutang kepada orang lain. Begitu pula dengan lingkaran pertemanan saya, yang sangat menghargai kemandirian finansial.

Juga selain itu, sebenarnya dari sebelum saya ke universitas, ayah saya meminta saya untuk membaca buku Rich Dad and Poor Dad dari Robert Kiyosaki, jadi saya mengerti konsep “good debt” (hutang yang bisa memperbaiki posisi finansial kita) dan “bad debt” (hutang konsumtif).

Semakin kesini, saya semakin melihat bagaimana dampak penggunaan kartu kredit dan bagaimana orang-orang akhirnya menjadi terbiasa menghabiskan uang di atas kemampuan mereka.

Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk berdoa kepada Allah untuk dilindungi dari hutang. Jadi, saya perhatikan, wow jadi bahkan Rasulullah SAW mempertimbangkan berhutang sebagai sesuatu yang perlu kita mintakan perlindungan kepada Allah.

Kalau untuk investasi sendiri, bagaimana?

LHA: Untuk investasi, saya banyak belajar, banyak riset, dan memperluas jaringan kita. Sebaiknya kita harus sering-sering bertanya ke ahlinya, banyak riset produk-produk keuangan syariah yang ada di pasar, dan dengan kenal banyak orang di lingkaran investasi syariah, kamu bisa tahu kesempatan-kesempatan awal untuk berinvestasi, yang tidak ditawarkan di tempat lain.

Selama ini, bagaimana Lukman mengatur zakat dan sedekah?

LHA: Karena saya baru saja lulus Ph.D, dan baru saja mendapat pekerjaan di akhir tahun 2019, jadi ini adalah pertama kalinya saya berpikir tentang zakat penghasilan. Penghasilan saya baru terkena kewajiban zakat pada akhir tahun (2020) ini, jadi saya masih berpikir bagaimana cara terbaik untuk mendistribusikannya. Karena banyak sekali organisasi zakat yang sudah terkenal, tapi selain itu di sekeliling saya banyak sekali orang baik yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang juga patut mendapatkan support saya. Kalau untuk sedekah, saya sangat suka sekali secara aktif mencari kesempatan untuk melakukan sedekah, bahkan sebelum kita terkena kewajiban zakat. Hal ini karena sebenarnya banyak sekali kesempatan di sekeliling kita untuk bersedekah.

Nah, gimana nih? Sudah terinspirasi untuk mengatur keuangan lebih baik lagi sesuai dengan prinsip syariah? Tungguin banyak cerita seperti ini lagi ya dari ALAMI. Semoga teman-teman semuanya dimudahkan untuk selalu memberikan manfaat lewat hartanya. Aamiiin….

Ingin memulai perjalanan #HijrahFinansial-mu? ALAMI menyediakan platform peer-to-peer financing syariah di Indonesia yang mempertemukan UKM dengan pemberi pembiayaan. Teknologi kami menganalisa ratusan data untuk menghasilkan pembiayaan yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang baik. Daftar sekarang untuk menjadi pendana ALAMI dan nikmati kemudahan proses pembiayaan syariah yang lebih efisien, akurat dan transparan.

Bayu Suryo Wiranto

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments