utang sri lanka

Pelajaran yang Bisa Diambil dari Bangkrutnya Sri Lanka

Akhir-akhir ini kita disuguhkan pemberitaan internasional tentang utang Sri Lanka. Akibat utang tersebut rakyat Sri Lankamenyerang dan menguasai istana presidennya. Aksi rakyat Sri Lanka tersebut menuntut Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa untuk mundur karena kondisi ekonomi negara itu terus merosot. 

Ada beberapa alasan mengapa ekonomi Sri Lanka terus mengalami kemunduran. Salah satunya adalah utang luar negeri dari China yang dilakukan oleh pemerintah Sri Lanka. Mari di artikel ini kita bahas satu per satu mengenai penyebab Sri Lanka terjebak utang luar negeri sehingga negara itu bangkrut. 

Jebakan Utang Sri Lanka dari China

Dikutip dari CNBC Indonesia, hingga akhir 2021 utang luar negeri Sri Lanka mencapai US$ 50,72 miliar. Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Salah satu negara yang meminjamkan utang ke Sri Langka adalah China. 

Pengamat Ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, ketergantungan akut Sri Lanka pada utang dimulai pada ekspansi proyek infrastruktur yang tidak masuk akal secara ekonomi. 

Sejumlah proyek infrastruktur dijanjikan oleh pemerintahan negeri tirai bambu tersebut sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota. Salah satunya adalah Pelabuhan Hambantota dengan kerjasama utang dari China direncanakan menjadi hub pelabuhan internasional yang memuat kapal kapal kargo besar.

Namun sayangnya, sebagian proyek infrastruktur dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. Ditambah juga China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.

Mengutip Times of India, hingga kini total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar. Atau sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya. Selain ke China, utang luar negerinya didapat dari Jepang dan India. 

Ketergantungan Impor 

Alasan lainnya dari krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka adalah ketergantungan impor bahan pertanian dan bahan bakar. Kemudian krisis ekonomi Sri Lanka diperburuk dengan kenaikan harga komoditas global yang melonjak. Hal ini terus membebani biaya impor Sri Lanka. 

Tidak Ada Cadangan Devisa Negara

Ekonomi Sri Lanka kian anjlok karena pemerintah negara tersebut tidak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk menambal kekurangan APBN. Kekuatan ekonomi Sri Lanka hanya bergantung pada sektor pariwisata, hal ini pun pernah terkoyak pada saat pandemi COVID-19. 

Dikutip Reuters, per Maret 2022, cadangan devisa Sri Lanka tercatat US$ 1,72 miliar, terendah sejak November tahun lalu. Cadangan devisa negara itu terus turun selama tiga bulan beruntun.

Kondisi ini kemudian membuat Sri Lanka susah membayar utang. April lalu, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar US$ 51 miliar terhadap utang luar negeri. Bank Sentral Sri Lanka telah membuat rekening di Amerika Serikat, Inggris dan Jerman untuk menampung uang sumbangan dari warganya yang ada di luar negeri.

Bahkan, Bank Sentral Sri Lanka meminta bantuan para warga Sri Lanka yang ada di luar negeri untuk mendukung negara pada masa genting ini dengan menyumbang devisa. 

Hikmah yang Bisa Diambil dari Bangkrutnya Sri Lanka

Sri Lanka bangkrut akibat utang luar negerinya yang terlalu besar. Sementara cadangan devisa dan ketergantungan impor masih belum bisa dilepaskan.

Jika dianalogikan Sri Lanka sebagai seseorang, kita bisa mengambil pelajaran penting dari peristiwa ini. Utang adalah penyebab dari segala kekacauan perekonomian, baik untuk skala besar yang dilakukan oleh suatu negara atau untuk diri pribadi. 

Hikmah atau pelajaran yang bisa kita dapatkan adalah pentingnya pengelolaan utang dengan baik. Atur utang sama halnya seperti mengatur keuanganmu sehari-hari. Berhutang kepada pihak lain bisa-bisa saja asalkan tidak memberikan dampak yang buruk bagi masa depan. 

Berkaca dari Sri Lanka, yang diiming-imingi janji manis oleh negara lain berupa utang, tapi pada akhirnya tidak bisa membayarnya, dan pada akhirnya aset yang dimiliki diambil sebagai jaminan oleh pemberi utang. 

Jika terpaksa untuk mengambil utang kepada pihak lain, pilihlah jumlah nilai utang yang sesuai dengan kebutuhan mendesakmu. Jangan sampai pembayaran utangmu nanti membebani perputaran keuanganmu. Jangan mengambil utang dengan iming-iming bunga rendah atau cicilan rendah dari platform pinjaman online. 

Kedua, perlunya ketahanan diri sendiri untuk terus produktif dan melepaskan ketergantungan dari orang lain. Seperti Sri Lanka yang masih ketergantungan impor bahan pokok dari negara lain. 

Hal ini menjadikan hikmah bagi kita, agar memiliki kemampuan atau soft skill lain untuk bisa produktif. Sehingga kita bisa mendapatkan sesuatu berdasarkan kemampuan dari diri sendiri. 

Ketiga, pentingnya menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Bangkrutnya Sri Lanka karena negara itu tidak memiliki cadangan devisa yang cukup. Sama halnya dengan menabung sebagai persediaan atau cadangan keuangan jika terjadi hal yang tak terduga di masa depan. 

Salah satu persiapan cadangan di masa depan adalah dengan mengembangkan dana serta asetmu di masa kini di platform peer to peer funding syariah dari ALAMI. Dana atau asetmu akan terjaga aman, serta berkembang dengan baik. Di tambah saat ini di ALAMI sedang ada promo Earn Later, sebagai bagian dari kampanye untuk menabung dan investasi untuk masa depan.

Dapatkan ujrah hingga setara dengan 14%-16% pa dari setiap pendanaan yang dilakukan di ALAMI. Unduh aplikasinya di

Artikel Terbaru

Informasi Peningkatan Keamanan Pendanaan & Penambahan Biaya Layanan

Sebagai bagian dari upaya kami dalam meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik,...

Panduan Praktis Mendanai Nyaman dan Menguntungkan di Instrumen P2P Lending Bagi Pendana Pemula

Peer to Peer Lending (P2P Lending) dikenal sebagai salah satu instrumen investasi...

Sejarah Dana Pensiun di Indonesia

Sejarah dana pensiun di Indonesia melalui proses yang panjang dan senantiasa berkembang. ...

Exit mobile version